GEMA TIGA
Pahit
Angin
malam yang tenang dan dingin berhembus menerpaku. Rambut kepala yang sudah
mulai panjang dan tidak tertutup topi, bergerak menyentuh leherku. Hmm…geli
sekaligus dingin. Sepertinya aku perlu mencukur rambutku yang sudah mulai
panjang. Aku menengadah dan memperhatikan keadaan langit apakah mendung atau
cerah. Duduk sendiri di tengah malam pukul 03.05, di salah satu bundaran taman
kota, membuatku merenung. Kilasan kenangan kejadian, bayanganmu dan semua
tentang kita, seakan diputar kembali di dalam otak kecilku.
Aku masih belum dapat melupakan
kata-kata terakhirmu kepadaku tadi malam sebelum aku memutuskan pergi. “Jangan
engkau ganggu privasiku, aku tidak suka. Bukankah antara kita sudah tidak ada hubungan
lagi?” engkau berkata setengah berteriak sambil berjalan menjauh dan menutup
pintu kamar tidur. Terdengar suara kunci pintu menutup lubang kunci. Sesaat
kemudian hening. Aku menanggapinya dengan dingin saja. Tidak kusangka, engkau
akan mengatakan itu. Bahkan aku pun sudah lama tidak mengganggu privasimu. Tapi
entah alasan apa, yang menyebabkan dirimu mengatakan itu kepadaku. Aku sudah
lelah untuk memikirkannya.
Aku segera mengambil kunci mobil,
mempersiapkan segala keperluanku untuk pergi malam ini. Sebagian kebutuhan
mandi, pakaian dan pelengkapnya segera kukemasi kedalam tas kecil. Aku tidak
marah. Aku tidak kalut. Aku tidak bingung. Aku sadar. Bahkan penuh kesadaran,
saat aku memutuskan untuk pergi meninggalkanmu malam ini. Bukan karena aku
tidak suka dengan perlakuanmu padaku. Bukan. Aku pergi karena aku menghormatimu
lebih di atas segala-galanya. Aku tidak ingin dirimu semakin terbebani dengan
kehadiran fisikku yang penuh cacat dan hina ini. Aku tidak ingin dirimu terusik
dengan ingatan dan kenangan tentang diriku yang selalu mengganggumu dengan
ocehan dan kenangan tak bermakna dariku. Biarlah aku yang pergi. Bukan untuk
menunjukkan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Bukan untuk membuktikan
siapa yang benar dan siapa yang salah. Semuanya hanya karena aku menghormati
dirimu lebih di atas segala-galanya. Itu saja. Tidak kurang dan tidak lebih.
Dua puluh tahun adalah waktu yang
cukup lama bagiku untuk menyadari bahwa aku adalah beban yang mengganggu hidup
dan waktumu. Sekarang saatnya engkau melangkah dan memulai hidupmu yang baru. Jangan
ragu. Aku tidak akan mengganggumu lagi. Selamanya. Sudah cukup banyak kenangan
yang sudah kukumpulkan denganmu selama dua puluh tahun ini. Biarlah kenangan
ini yang akan menemaniku di setiap langkahku ke depan. Mulai sekarang aku sudah
meyakinkan diriku sendiri, untuk tidak melihat kebelakang lagi. Keberhasilanmu
jauh lebih bermakna bagiku daripada keberhasilanku sendiri. Maafkan aku Sayang jika aku tidak bisa melihat
kebahagiaanmu yang berikutnya. Engkau pasti tahu, bahwa sebetulnya aku sangat
ingin menyaksikannya. Tapi engkau juga tahu, kalau itu tidak mungkin.
Masih di sudut taman ini, semua
kenangan diputar lagi di dalam otak kecilku. Semakin banyak kenangan yang
diputar, maka semakin banyak pula penyesalanku yang tidak dapat memperbaiki
setiap kesalahanku di masa lalu. Ahh...bukannya memang waktu tidak dapat
diputar kembali. Lantas mengapa aku menyesalinya. Bukankah seharusnya aku
mensyukurinya. Bersyukur, karena aku dapat belajar dari kesalahanku dulu dan
berusaha untuk tidak mengulanginya.
Angin malam masih saja dingin. Aku
masih saja sendiri. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.05. satu jam telah
berlalu. Tapi aku masih menikmati kesendirianku. Entah kenapa. Aku juga
berusaha meyakinkan diriku untuk mampu kembali melihat dirimu di malam-malam
berikutnya. Walaupun permintaan hati ini mengatakan tidak.
Aku sudah berjanji untuk tidak akan
menyesali kepergianku. Aku sudah melangkahkan kakiku. Aku enggan untuk kembali.
Entah kapan aku akan memutuskan untuk berhenti menjauh darimu. Berhenti dari
keinginan untuk menciptakan kenangan baru denganmu. Aku belum bisa memutuskan.
Biarkan saja seperti ini dulu Sayang.
“Aku
pernah mencintai seseorang sampai gila. Apa yang disebut gila, bagiku hanyalah
satu-satunya cara untuk menunjukkan cinta.”
-(F. Sagan)-
No comments:
Post a Comment