0 Viewers

Tuesday 9 July 2019

Senyawa Cinta

Rasa cinta terkadang menjadi misteri bagi beberapa orang. Sebab senyawa yang bernama cinta memiliki tiga unsur pembentuknya, yaitu kepercayaan, ketulusan dan takut kehilangan. 3 unsur dari beberapa unsur lainnya yang terkadang masih membuat beberapa orang mempertanyakan keabsahan formulanya.

Prahara cinta dan tragedi cinta sering ditampilkan dalam sinetron televisi yang banyak menguras airmata kesedihan dan akhir yang bahagia. Dalam beberapa serial televisi bahkan ada yang dibuat hingga berseri, hanya untuk menyuguhkan akhir bahagia dari unsur kepercayaan sebuah cinta.
Pernah membaca novel Romeo dan Juliet karangan William Shakespeare? Atau yang lebih baik lagi, jika pernah melihat film layar lebarnya dengan judul yang sama karya Sutradara Baz Luhrmann. Romeo yang benar-benar jatuh cinta pada seorang sosok Juliet, tanpa syarat, penuh unsur kepercayaan, ketulusan dan takut kehilangan diantara keduanya, terlihat begitu menguras emosi dan membuat penonton terhanyut, seakan-akan kitalah sang Romeo yang sedang mengejar cinta sang Juliet.
Tapi ingat bahwa itu hanya novel, yang belum tentu mewakili secara keseluruhan unsur cinta dalam diri kita. Saat cinta dikhianati, kemana kepercayaan dan ketulusan itu pergi? Pergi ke senyuman dan perhatian orang lain? Atau malah memudar perlahan dalam keheningan?
Kadang saat unsur cinta itu mulai bias dalam indera perasa dan peraba kita, maka saat itulah sebenarnya cinta itu mulai meleleh dan melebur dari unsur sejatinya. Berubah menjadi unsur atom terkecil yang akan bergabung dengan proton orang ketiga atau elektron pengganti.
Kehadiran orang ketiga yang sebenarnya menjadi unsur asing dalam senyawa cinta, bisa menjadi pelengkap terbaru dari senyawa cinta itu sendiri. Perhatian dan empati, menjadi salah satu pintu untuk masuknya orang ketiga. Mungkin pada awalnya terasa biasa untuk menerima perubahan unsur itu. Tapi seiring berjalannya waktu, sesuatu yang telah biasa itu dapat mengubah senyawa cinta menjadi senyawa baru yang bernama cinta segitiga.
Dari yang awalnya hanya sebatas mengirim pesan teks, kemudian meningkat menjadi pesan suara kemudian pesan gambar dan puncaknya akan berkirim pesan video.
Pelajaran bagi kita yang berusaha mempertahankan senyawa cinta, terkadang tidak bisa kita landaskan pada unsur pembentuknya. Sebab kepercayaan tidak akan tumbuh dalam hati yang saling menghujat, saling berbohong dan saling menghina.
Ketulusan juga tidak dibangun diatas pondasi rasa ingin menang sendiri dan acuh tak acuh. Tapi unsur kepercayaan hanya bisa dibangun dengan simpati, empati dan saling menghormati.
Jika unsur kepercayaan dan ketulusan sudah kita dapatkan, tinggal unsur terakhir, yaitu takut kehilangan, yang bisa menjadi penyeimbang dalam senyawa yang bernama cinta ini.
Terserah kita, akan bagaimana kita memperlakukan senyawa yang bernama cinta ini, apakah akan kita taruh dalam wadah kesetiaan? Ataukah akan kita taruh pada pigura dengan bingkai saling percaya dan keyakinan? Atau malah kita biarkan dia terbang bebas bergerak kesana kemari mencari dimana senyawa orang ketiga itu berada?