GEMA SATU
Rasa ini
Aku
bersyukur malam ini dirimu telah memberikan penghargaan terhadap kehadiranku
lagi. 8 Agustus 2019 akan kuingat selamanya. Pertemuan yang memang tidak kita
atur kapan dan dimana, akhirnya terjadi juga. Sebuah penghormatan yang telah
memberiku sebuah kekuatan fisik untuk mulai bangkit memperbaiki cacat hati dan
harapanku. Aku tidak akan bertanya lagi tentang ketulusan dan keikhlasan dari
penghormatanmu padaku. Tidak. Aku sudah cukup berbahagia dengan penghormatan
utuh ini, tanpa ada bayangan samar di belakangnya. Aku sadar, setelah sekian
lama engkau acuhkan keberadaanku di duniamu, aku menjadi seperti sebuah virus
yang kebal terhadap segala macam ramuan penyembuh cacat hati dan harapan.
Terapung dalam ruang hampa udara di sekitar manusia dan mahluk hidup lainnya.
Mati suri, menunggu kapan aku bisa bangkit suatu saat nanti.
Malam
ini aku benar-benar ingin menyentuh visual dirimu dengan nyata. Merasakan detak
nadimu diantara degup jantungku. Engkau yang sangat kurindukan dalam setiap doa
dan harapanku pada Sang Maha Pengabul Doa. Engkau yang menjadi alasanku, masih
tetap berada dalam ruang hampa ini dan menolak untuk melebur dan hancur bersama
tanah.
Engkau masih tetap cantik dan
mempesona sebagaimana ingatanku tentangmu dulu. Masih ceria dan bersemangat.
Berapi-api saat bercerita. Hangat dan meneduhkan saat berada didekatmu. Begitu
sempurna.
Aku terpana dan mati rasa. Penghormatanmu
padaku, tidak akan dapat kubalas dengan tingkatan yang sama. Aku harus lebih
diatasnya. Engkau terlalu biasa untuk dianggap biasa saja. Bahkan engkau
terlalu luar biasa untuk dianggap wah. Benar-benar gadis idaman setiap mahluk
hidup. Muda, mempesona dan memikat.
Kalau mahluk hidup yang lain saja
sudah terpikat dengan kehadiranmu, apalagi denganku?
“Segala
yang terbaik dan terindah di dunia ini tak dapat dilihat atau bahkan didengar,
tetapi harus dirasakan dengan hati.”
-(Helen Keller)-
No comments:
Post a Comment