EPISODE
SEMBILAN
Senyum
“Selamat
pagi Sayang”. Aku menjawab
pertanyaanmu sambil tersenyum. Tebakan otak kecilku tidak salah lagi, bahwa
engkau pasti akan menanyakan hal ini. Pertanyaan yang sangat istimewa bagiku.
Sebab pertanyaan inilah yang selama ini kutunggu untuk kau tanyakan padaku.
“Aku tidak bisa menemanimu sejalan dan sehati lagi, seperti dulu”, engkau
tiba-tiba mengatakannya padaku.
“Tidak
apa-apa Sayang. Aku sudah tahu itu.
Sikap dan perhatianmu selama setahun ini, sudah menjawab semuanya, bahkan
sebelum engkau menanyakannya”, aku melanjutkan kalimatku. “Kekuatan apalagi
yang perlu kuhancurkan, sudah tidak ada lagi.” Iya, kekuatan hatiku, kekuatan
pikiranku bahkan kekuatan fisikku dalam menghadapi perubahanmu sudah tidak ada
lagi. Aku sudah tidak perlu mengeluarkan tenaga dan waktu tambahan untuk
menghancurkan ketiga benteng kekuatanku yang selama ini menjadi penopang
hidupku menemanimu. Aku yang dulu kuat dan mampu menjalani setiap sela dan
celah permainan cinta dan kehidupan denganmu, bagaikan ulat perkasa yang seakan
mampu melahap setiap daun yang kulewati, kini tak ubahnya bagai kepompong yang
terkekang dalam kegagalan proses metamorphosis. Aku masih gagal merubah diriku
menjadi seekor kupu-kupu indah dari fase kepompongnya.
Tampak
kerdil, tak berdaya dan dilupakan, seperti inilah tampilan masa depan diriku.
Kegagalan metamorphosis ini berakibat buruk untukku. Kemampuan volume
paru-paruku untuk bernafas sudah tidak maksimal. Kecepatan reaksi tubuhku dalam
bergerak sudah tidak spontan lagi. Degup jantungku sudah tidak berdetak seirama
lagi. Seakan semua itu masih belum cukup, semakin parah dengan ketidakmampuanku
di dalam menghilangkan bayang-bayang dirimu di setiap kedipan mataku.
Lengkap
sudah semuanya kualami. Karena itulah aku memilih mempercepat fase
metamorphosis ku menjadi kepompong sebelum waktunya. Aku merasa fase kepompong
inilah yang nanti akan membuatku menyadari, setiap detik hidupku yang salah dan
terlalu acuh di dalam memahami dirimu. Aku juga tidak pernah berharap
metamorphosis ini terjadi cepat dan menyenangkan. Tidak, biar saja aku seperti
ini.
“Silahkan
Sayang, semua terserah padamu,
bagaimana engkau akan menentukan jalan yang sesuai dengan hatimu sendiri”, aku
mengakhiri kalimatku, tepat sebelum aku merubah diriku dalam metamorphosis ini.
Sebab aku masih cinta kamu, Sayang….
“Biarkan dunia berhenti berputar, biarlah
matahari berhenti bersinar, biarkan orang-orang menyuruhku berhenti
mencintaimu. Jika semua itu telah tercerai-berai, aku akan tahu dalam hatiku,
satu-satunya mimpiku telah menjadi kenyataan….dalam hidup ini aku dicintai oleh
dirimu.”
-(Bette Midler)-
Jadi sedih bacanya...kenapa pasrah banget ya, apakah dia memang begitu berharga?
ReplyDelete