0 Viewers

Monday 5 August 2019

Kekuatan

EPISODE SEMBILAN
Senyum
           
            “Selamat pagi Sayang”. Aku menjawab pertanyaanmu sambil tersenyum. Tebakan otak kecilku tidak salah lagi, bahwa engkau pasti akan menanyakan hal ini. Pertanyaan yang sangat istimewa bagiku. Sebab pertanyaan inilah yang selama ini kutunggu untuk kau tanyakan padaku. “Aku tidak bisa menemanimu sejalan dan sehati lagi, seperti dulu”, engkau tiba-tiba mengatakannya padaku.
            “Tidak apa-apa Sayang. Aku sudah tahu itu. Sikap dan perhatianmu selama setahun ini, sudah menjawab semuanya, bahkan sebelum engkau menanyakannya”, aku melanjutkan kalimatku. “Kekuatan apalagi yang perlu kuhancurkan, sudah tidak ada lagi.” Iya, kekuatan hatiku, kekuatan pikiranku bahkan kekuatan fisikku dalam menghadapi perubahanmu sudah tidak ada lagi. Aku sudah tidak perlu mengeluarkan tenaga dan waktu tambahan untuk menghancurkan ketiga benteng kekuatanku yang selama ini menjadi penopang hidupku menemanimu. Aku yang dulu kuat dan mampu menjalani setiap sela dan celah permainan cinta dan kehidupan denganmu, bagaikan ulat perkasa yang seakan mampu melahap setiap daun yang kulewati, kini tak ubahnya bagai kepompong yang terkekang dalam kegagalan proses metamorphosis. Aku masih gagal merubah diriku menjadi seekor kupu-kupu indah dari fase kepompongnya.
            Tampak kerdil, tak berdaya dan dilupakan, seperti inilah tampilan masa depan diriku. Kegagalan metamorphosis ini berakibat buruk untukku. Kemampuan volume paru-paruku untuk bernafas sudah tidak maksimal. Kecepatan reaksi tubuhku dalam bergerak sudah tidak spontan lagi. Degup jantungku sudah tidak berdetak seirama lagi. Seakan semua itu masih belum cukup, semakin parah dengan ketidakmampuanku di dalam menghilangkan bayang-bayang dirimu di setiap kedipan mataku.
            Lengkap sudah semuanya kualami. Karena itulah aku memilih mempercepat fase metamorphosis ku menjadi kepompong sebelum waktunya. Aku merasa fase kepompong inilah yang nanti akan membuatku menyadari, setiap detik hidupku yang salah dan terlalu acuh di dalam memahami dirimu. Aku juga tidak pernah berharap metamorphosis ini terjadi cepat dan menyenangkan. Tidak, biar saja aku seperti ini.
            “Silahkan Sayang, semua terserah padamu, bagaimana engkau akan menentukan jalan yang sesuai dengan hatimu sendiri”, aku mengakhiri kalimatku, tepat sebelum aku merubah diriku dalam metamorphosis ini.         
Sebab aku masih cinta kamu, Sayang….

“Biarkan dunia berhenti berputar, biarlah matahari berhenti bersinar, biarkan orang-orang menyuruhku berhenti mencintaimu. Jika semua itu telah tercerai-berai, aku akan tahu dalam hatiku, satu-satunya mimpiku telah menjadi kenyataan….dalam hidup ini aku dicintai oleh dirimu.”
-(Bette Midler)-

1 comment:

  1. Jadi sedih bacanya...kenapa pasrah banget ya, apakah dia memang begitu berharga?

    ReplyDelete