EPISODE
LIMA
Nafas
Tiap-tiap yang bernyawa akan
merasakan mati (QS: Ali Imran 185). Sebuah ketentuan yang tidak akan dapat
dirubah oleh seluruh mahluk ciptaan-Nya. Nafas yang menjadi syarat mahluk
ciptaan-Nya adalah satu syarat pelengkap dari sekian banyak komponen pembentuk
mahluk. Begitu kompleks dan rumit. Tapi biarlah itu semua menjadi hak Sang Maha
Pencipta Mahluk.
Aku dan kamu itu sama. Sama seperti
dia yang engkau pilih. Tidak ada yang berbeda dari bahan penyusunnya. Sama
hingga sampai unsur terkecil pembentuknya.
Ya, dia memang sama denganku dan
denganmu. Tapi ada satu yang berbeda pada dirinya. Entah apa itu, aku pun masih
berusaha memahaminya. Sebab perbedaan itulah yang telah membuatmu menjadi
berubah, berbeda dan lain dari yang aku kenal.
Sebuah perkenalan yang tidak pernah
aku duga telah terjadi, akibat dari kebodohanku di dalam memahamimu. Kamu yang
begitu indah dan sempurna dalam ciptaan-Nya, terlihat begitu cepat seirama
dengan dirinya. Semua kenangan yang dulu pernah kita alami bersama, kini
terlihat seperti debu jalanan di tengah terik siang yang panas. Terombang
ambing ditiup angin dan bercampur dengan segala ketidak beraturan yang
menyertainya.
Dia dan dirimu, kini telah menjadi
sebuah pokok bahasan baru dalam literatur cinta dua sosok manusia. Berpadu dan
selaras, saling memberi dan menerima semua kebaikan dan keindahan. Tak ada
kesusahan. Tak ada kekacauan. Tak ada sedih. Tak ada kalut. Tak ada lagi
ketakutan dari dirimu.
Aku tahu, engkau telah merasa nyaman
dengan pilihanmu sekarang. Tapi setidaknya berilah sedikit ruang bagiku untuk
menyibak kenangan yang masih tersisa dalam dirimu. Tak perlu terlalu lebar. Tak
perlu terlalu kuat. Tak perlu terlalu jauh. Aku hanya ingin menyibak sedikit
saja, kenangan itu.
Biarlah nanti akan kusimpan sendiri.
Akan kurangkai sendiri. Akan kuronce sendiri. Akan kuikat menjadi satu menjadi
seuntai kalung kenangan yang terindah.
Cinta itu indah. Cinta itu suka.
Cinta itu tertawa. Cinta itu bahagia.
Aku tahu, sekarang engkaulah cinta
itu. Aku tahu sekarang dialah cinta milikmu. Biarlah saja aku disini menikmati
cintamu dan dirinya dalam tangis sepi dan mulut yang terkatup rapat. Semoga
engkau benar adanya, bahwa “Aku butuh cinta” , yang kau katakan adalah dirinya.
Sebab cinta memang tidak pernah
memilih pada siapa ia akan bersandar. Karena yang menentukan tempat bersandar
adalah kita. Dan yang mengirim cinta adalah Dia sang Maha Cinta pada mahluk
ciptaan Nya.
“Penyesalan tidak dapat mengubah masa lalu,
begitu pula kekhawatiran tidak dapat mengubah masa depan.”
-(Umar Ibn Al Khattab)-
No comments:
Post a Comment